parboaboa

Menilik Burnout terhadap Karyawan dan Dampaknya pada Perusahaan

Maesa | Kesehatan | 19-09-2023

Burnout yang dialami oleh kariyawan atau pekerja dapat berdampak pada efektivitas sebuah perusahaan. (Foto: Pexels/Tara Winstead)

PARBOABOA, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai jika setiap pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan berulang dan disiplin memiliki risiko menyebabkan stres.

Hal tersebut lumrah terjadi pada pekerja atau karyawan dengan ritme kerja yang sama setiap harinya selama bertahun-tahun dan dituntut untuk memenuhi target dari perusahaan.

Tentu, setiap pekerjaan pasti memiliki kesulitan, hambatan, dan tantangannya masing-masing.

Namun apabila suatu pekerjaan yang dilakukan bertahun-tahun tidak memiliki variasi, penuh dengan tuntutan (target), dan menghasilkan hasil yang tidak sesuai ekspektasi maka karyawan rentan mengalami stres.

Stres kerja dapat diartikan sebagai situasi yang tercipta ketika faktor terkait pekerjaan (workrelatedfactor ) berinteraksi dengan faktor di dalam diri karyawan.

Dalam lingkungan kerja, stres yang disebabkan oleh suatu pekerjaan biasanya dikenal dengan istilah burnout .

Burnout sendiri merupakan kondisi di mana karyawan mengalami stres kronis dan merasa lelah, baik secara fisik, mental, dan emosional akibat pekerjaan.

Kasus ini dapat didefinisikan sebagai suatu reaksi atas stres kerja yang berkepanjangan. Biasanya, burnout ditandai dengan tiga dimensi utama.

Pertama adalah kelelahan, lalu kurangnya ingatan terhadap pekerjaan (sinisme), serta kurangnya kemampuan profesional.

Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Freudenberger pada tahun 1974 dalam bukunya yang berjudul “ Burnout: The High Cost of High Achievement ”.

Dalam bukunya, Freudenberger mengartikan kelelahan sebagai ketiadaan motivasi atau insentif.

Di mana, pekerjaan yang dilakoni karyawan mengalami kegagalan sehingga tidak dapat menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan ekspektasi.

Masih dalam buku Freudenberger, burnout juga diartikan sebagai salah satu kondisi karyawan yang mengalami stres akibat pekerjaan ( Occupational Burnout atau Job Burnout)

Ciri Kelelahan

Dilansir dari Kemenkes, ciri-ciri karyawan yang mengalami burnout biasanya akan merasa lelah, frustasi (sinisme serta emosi negatif lainnya), dan kurang motivasi.

Kemudian kinerja karyawan menjadi berantakan, mengalami kognitif, tidak merawat diri, dan mengalami masalah interpersonal di tempat kerja.

Ciri lainnya yakni kepuasan diri mengalami penurunan, disibukkan dengan pekerjaan saat tidak dalam waktu bekerja, serta masalah kesehatan.

Penyebab Burnout pada Individu

Ada sejumlah hal yang dinilai dapat menyebabkan seorang karyawan mengalami stres kronis atau burnout .

1. Mendapat arahan soal pekerjaan yang tidak jelas

2. Tidak mendapat apresiasi (membuat karyawan kurang tertantang dan mencoba menjauhkan diri dari tanggung jawab suatu pekerjaan).

3. Bekerja terlalu keras (terobsesi dengan kesuksesan).

4. Jenis pekerjaan yang monoton (pekerjaan yang membuat bosan atau bahkan terlalu dinamis pun nyatanya dapat menyebabkan burnout ).

5. Kehidupan pribadi dan pekerjaan yang tidak seimbang (seluruh waktu yang dihabiskan untuk bekerja).

6. Tidak mampu mengontrol apa yang terjadi dan yang mempengaruhi pekerjaan.

7. Dinamika tempat kerja yang buruk (seperti mengalami bullying di kantor, intimidasi, diremehkan, diacuhkan oleh rekan kerja atau bos, dan menghadapi toxic people).

8. Tidak memiliki dukungan sosial dari orang-orang terdekat.

Bahaya Burnout

Menurut Kementerian Kesehatan, ada dua bahaya apabila seorang pekerja mengalami burnout.

1. Kesehatan Mental

Apabila pekerja mengalami situasi burnout, maka dampak negatifnya akan berimbas pada kesehatan mental yang bersangkutan.

Pekerja akan cenderung merasa kecewa, sinis, berkurangnya kreativitas, frustasi, dan membenci pekerjaan.

Kemudian merasa tidak puas akan pekerjaan, merasa gagal, meragukan diri sendiri, serta merasa tidak ada yang membantu.

2. Kesehatan Fisik

Selain mental, dampak burnout juga nyatanya dapat berimbas pada kesehatan fisik, seperti menderita sakit perut, sakit kepala, nafsu makan menurun, terkena sakit usus, badan pegal-pegal hingga gangguan tidur.

Dampak pada Perusahaan

Situasi burnout tidak hanya berdampak pada kesehatan mental dan fisik karyawan, tapi juga terhadap perusahaan yang menaunginya.

Dampak tersebut di antaranya yakni:

Menurunkan Kinerja Karyawan

Burnout yang dialami oleh karyawan akan membuat dia tidak bersemangat dalam menjalani hari-harinya, termasuk saat bekerja.

Penurunan kinerja inilah yang sering disalahartikan oleh perusahaan. Di mana mereka dianggap bermalas-malasan atau tidak ingin bekerja.

Meningkatkan Turnover

Meningkatnya turnover atau pergantian karyawan yang begitu cepat bisa menjadi salah satu alasan sang pekerja mengalami burnout.

Peningkatan intensitas turnover ini akan mengganggu efektivitas dan kinerja perusahaan. Sebab, karyawan baru membutuhkan waktu setidaknya satu bulan untuk beradaptasi.

Hal tersebut akan terus terjadi apabila burnout yang dialami karyawan dikarenakan oleh perusahaan itu sendiri.

Contoh: beban kerja yang terlalu berat, lingkungan kerja tidak sehat, dan atasan tidak suportif.

Tingkat Partisipasi Menurun

Perusahaan tentu menginginkan karyawan yang aktif dan terus berusaha untuk memberikan hasil terbaiknya.

Sebuah partisipasi dari karyawan pun dinilai sebagai bentuk komitmen dalam bekerja.

Namun ketika mereka mengalami burnout , bukan hanya tidak memberikan partisipasi, justru karyawan mengalami penurunan dalam hal pekerjaan.

Jumlah Hari Sakit Meningkat

Sebuah penelitian menunjukkan jika 120.000 kematian di Amerika disebabkan tingginya tingkat stres dalam bekerja.

Lalu, berdasarkan angka tersebut, kondisi burnout ikut berpartisipasi terhadap turunnya kesehatan karyawan.

Banyaknya jenis penyakit yang disebabkan oleh burnout dapat disebabkan oleh meningkatnya jumlah sakit hari karyawan.

Editor : Maesa

Tag : #burnout    #karyawan    #kesehatan    #perusahaan    #mental    #fisik   

BACA JUGA

BERITA TERBARU