parboaboa

Keterlibatan Kekuasaan dalam Survei Politik Jelang Pemilu 2024

Rian | Politik | 23-11-2023

Survei politik pilpres 2024 dinilai ada intervensi kekuasaan untuk membentuk opini publik. (Foto:Istockphoto)

PARBOABOA, Jakarta - Hasil jajak pendapat elektabilitas Capres-Cawapres dari enam (6) lembaga survei yang dirilis November 2023 menciptakan teka-teki menarik.

Namun demikian, hasilnya yang condong memenangkan satu pasangan menimbulkan anasir dan spekulasi adanya keterlibatan pihak-pihak tertentu dalam mempengaruhi opini publik.

Dalam catatan PARBOABOA, sebanyak enam lembaga survei telah merilis jajak pendapat elektabilitas capres-cawapres selama November 2023, yaitu LSI Deni JA, Charta Politica, Poltracking, Populi Center, Indo Barometer dan IPO.

Namun, lima diantaranya menunjukkan keunggulan terhadap pasangan Prabowo-Girbran, sementara Charta Politica menunjukkan hasil yang berbeda, yakni keunggulan pada pasangan Ganjar-Mahfud.

Persis, dari survei-survei tersebut, pasangan Anies-Muhaimin (Amin), selalu berada di posisi paling bontot.

Berkaca pada hasil survei ini, Pakar Politik Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Massa Djafar, mencium ada sesuatu yang tidak beres. Ia bahkan mencurigai adanya intervensi kekuasaan dalam memberi justifikasi pembentukan opini publik melalui sejumlah lembaga survei.

Keunggulan Prabowo-Gibran dalam beberapa survei, terang Djafar, merupakan bagian dari upaya memanipulasi opini publik tersebut, seolah-olah pasangan ini punya basis rill yang mengungguli pasangan lainnya.

Apalagi, kata Djafar survei-survei ini selalu menunjukkan ketidakberdayaan pasangan Amin. Padahal, lanjut dia, dalam perkembangan mutakhir, survei lain menempatkan pasangan ini tertinggi.

"Dalam kesimpulan yang berbeda, ini semakin kuat dugaan bahwa lembaga survei sudah menjadi alat kekuasaan, memberi jusfikasi politik dalam pembentukan opini publik," kata Djafar kepada PARBOABOA, Kamis (23/11/2023).

Ia menambahkan, secara empiris, Pasangan AMIN dan Ganjar-Mahfud lebih memiliki basis yang rill dan terukur. Namun demikian ungkapnya,"Jika head to head kedua pasangan Capres tersebut, yang akan unggul pasangan AMIN". 

Menurut Djafar, Amin telah mengkapitalisasi suara Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah dan Jawa Timur usai mendapuk Cak Imin Sebagai wakilnya.  Selain itu, dukungan untuk Amin ia dinilai merata untuk seluruh wilayah, dan secara politik representasinya lebih kuat. 

Dengan modal itu, Djafar berkata, "Amin mampu membangun dukungan secara nasional sebagai modal politik yang cukup signifikan,dan akan sangat efektif dalam praktek sistem presidensial".  

"Sistem presidensial yang memiliki derajat kedaulatan yang sangat tinggi, melampaui perolehan suara partai," tutupnya.

Hasil Survei 

Berikut adalah hasil jajak pendapat elektabilitas capres-cawapres yang dirilis selama November 20203, persis usai masing-masing capres memilih pasnganya masing-masing (Cawapres).

LSI Deni JA membuka tirai survei pada 6-13 Oktober dengan melibatkan 1.200 responden dari seluruh Provinsi di Indonesia.

Pasangan Prabowo-Gibran muncul sebagai dominator dengan elektabilitas mencapai 40,3%, diikuti oleh Ganjar-Mahfud sebanyak 28,6%, dan Anies-Muhaimin dengan 20,3%. Meski begitu, sekitar 10,8% responden memilih untuk tidak memberikan jawaban.

Tidak berselang lama, Charta Politika ikut mengguncang panggung survei pada rentang waktu 26-31 Oktober dengan melibatkan 2.400 responden. 

Hasilnya, Ganjar-Mahfud memimpin dengan tingkat keterpilihan 36,8%, diikuti oleh Prabowo-Gibran (34,3%) dan Anies-Muhaimin (24,3%).
   
Survei Poltracking yang dilakukan pada 28 Oktober hingga 3 November menempatkan Prabowo-Gibran sebagai unggulan dengan tingkat keterpilihan 40,2%. Ganjar-Mahfud (30,1%) dan Anies-Muhaimin (24,4%) menempati posisi kedua dan ketiga.

Populi Center turut menyuguhkan kontribusinya pada 29 Oktober-5 November dengan menegaskan keunggulan Prabowo-Gibran. Elektabilitas pasangan ini mencapai 43,1%, sedangkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin masing-masing meraih 23,0% dan 22,3%. Sebanyak 10,0% responden masih berada dalam ambang ketidakpastian.

Sementara itu, Indo Barometer, dalam survei 23-31 Oktober, mencatat Prabowo-Gibran dengan elektabilitas 34,2%, Ganjar-Mahfud 26,2%, dan Anies-Muhaimin 18,3%. Meskipun, sekitar 13,4% responden belum memutuskan pilihan.

Tak ketinggalan, IPO mengakhiri deretan survei head to head pada 10-17 November. Hasilnya menggambarkan persaingan ketat antara Anies vs Prabowo (Anies 40,0%, Prabowo 52,1%), Anies vs Ganjar (Anies 50,5%, Ganjar 41,7%), dan Ganjar vs Prabowo (Ganjar 39,8%, Prabowo 51,7%).

Selain survei di atas, dalam catatan PARBOABOA, survei elektabilitas capres juga sempat dilakukan oleh LSI melalui platform media sosial pada 23 Mei-12 Juni 2023 dengan total responden 1.200 dengan margin of eror 2,9%.

Plafform media sosial yang digunakan yaitu X, Facebook, TikTok, dan Instagram. Survei terbatas hanya pada capres, yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. 

Hasilnya, pada pengguna X, Anies Baswedan dipilih oleh 36,1%, responden, Ganjar Pranowo dipilih 31,5% responden  Prabowo Subianto dipilih 27,7% responden dan tidak menjawab 4,7%. 

Pada pengguna Facebook, Prabowo Subianto dipilih 31,6% responden, Ganjar Pranowo dipilih 29,5% responden, Anies Baswedan dipilih 28,8% responden dan tidak menjawab 10,7% responden. 

Sementara itu di TikTok, Ganjar Pranowo dipilih 35,4% responden, Prabowo Subianto dipilih 31,6% responden, Anies Baswedan dipilih 25,4% dan 7,6% tidak menjawab. 

Di kalangan pemilih Instagram, Ganjar Pranowo dipilih 38,3% responden, Prabowo Subianto dipilih 32,2% responden dan Anies Baswedan dipilih 23% responden dan tidak menjawab 6,5% responden.


 

Editor : Rian

Tag : #survei capres    #pilpres    #politik    #intervensi kekuasaan disurvei    #elektabilitas prabowo gibran   

BACA JUGA

BERITA TERBARU