parboaboa

Ketar-Ketir Warga Tanggapi Isu Kenaikan Tarif dan Pemangkasan Anggaran Transjakarta

Puspita | Metropolitan | 27-09-2023

Isu kenaikan tarif dan pemangkasan anggaran tengah menghantui pengguna Transjakarta. (Foto: PARBOABOA/Puspita)

PARBOABOA, Jakarta – Isu kenaikan tarif dan pemangkasan anggaran tengah menghantui pengguna Transjakarta. Hampir seluruh penggunanya mengaku ketar-ketir, karena selama ini Transjakarta merupakan transportasi publik yang murah dan mudah dijangkau warga.

Seperti yang dikeluhkan Denny (32), warga Jakarta Selatan yang mengaku selalu menggunakan Transjakarta menuju ke kantornya di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat.

Denny mengaku hampir 3 tahun menggunakan transportasi yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu.

Menurutnya Transjakarta atau biasa disebut Tije merupakan salah satu moda angkutan yang ramah di kantong dan mudah dijangkau.

"Pakai Tije ini karena praktis dan murah, turun selter langsung sampai," katanya kepada PARBOABOA, Rabu (27/9/2023).

Selain praktis dan murah, alasan Denny menggunakan Tije, karena ia kerap kelelahan jika harus membawa kendaraan pribadi.

"Saya memilih Tije karena capek aja nyetir, apalagi Jakarta macetnya luar biasa kalau berangkat dan pulang kantor," keluhnya.

Denny hanya berharap kenaikan tarif Tije hanya sebatas isu, karena jika memang direalisasikan, pasti akan memberatkan warga Jakarta.

"Kalau bisa jangan dong, kan UMP (upah minimum provinsi) juga naiknya kurang signifikan, seharusnya kenaikan tarif diikuti juga dengan kenaikan UMP, kasihan masyarakat," ungkapnya.

Tepis Isu Kenaikan Tarif

Sementara itu, Kepala Departemen Humas dan CSR Transjakarta, Wibowo menepis isu kenaikan tarif tersebut.

"Tarif Tije tetap Rp3.500 tidak akan naik," tegasnya menjawab PARBOABOA.

Wibowo mengatakan, isu kenaikan tarif ini juga tidak berimbas pada kenaikan jumlah penumpang Tije. Ia mengakui Tije bahkan mengalami peningkatan penumpang.

"Pelanggan Tije naik. Di hari kerja kami melayani 1,1 juta pelanggan setiap harinya," ungkap Wibowo.

Meski tak berpengaruh pada volume penumpang Tije, Wibowo justru khawatir jika isu kenaikan tarif berdampak pada kenaikan volume kendaraan pribadi.

"Jika ada kenaikan tarif tentu perlu dikaji lebih dalam, jika isu ini menjadi polemik akan membuat pengguna kendaraan pribadi meningkat lagi," imbuhnya.

Kepala Dinas Kepala Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo memastikan, pengurangan subsidi tak akan mempengaruhi kenaikan dan pelayanan masyarakat dalam operasional tarif tiket bus Transjakarta.

Hal itu, kata Syafrin, mengacu pada standar pelayanan minimal (SPM) dan sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran (RKA) 2023.

"Tidak ada yang berubah" tegasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza sempat menyinggung isu penyesuaian tarif Transjakarta. Penyesuaian tarif mencuat karena ada isu pemangkasan anggaran oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Pemangkasan subsidi Transjakarta tersebut dilakukan lantaran nilai anggaran dalam APBD-Perubahan Tahun Anggaran 2023 mengalami defisit. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memangkas anggaran sebesar Rp336 miliar untuk public service obligation (PSO)," ungkapnya.

Diketahui, satu tiket Tije disubsidi dari APBD sebesar Rp13 ribu untuk sekali perjalanan. Sedangkan tarif keekonomian Transjakarta sebesar Rp15 ribu per tiket.

Editor : Kurniati

Tag : #kenaikan tarif transjakarta    #pemangkasan anggaran transjakarta    #metropolitan    #transportasi publik    #ibu kota   

BACA JUGA

BERITA TERBARU