Patrick | Daerah | 18-07-2023
PARBOABOA, Aceh - Pengoperasian Bus Trans Koetaradja di Provinsi Aceh yang hingga kini masih belum berbayar alias gratis mendapat tanggapan dari Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno.
Meski merupakan komitmen Pemprov Aceh yang peduli dengan angkutan umum sebagai layanan dasar kebutuhan masyarakat namun Djoko menilai ada sejumlah tantangan pengoperasian bus Trans Koetaradja.
Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini mengatakan, tantangannya seperti ketepatan waktu, koneksi antarkoridor yang membutuhkan halte interchange, penyiapan jalur khusus dan mendorong masyarakat untuk beralih ke angkutan umum dari kendaraan pribadi.
“Penerapan tarif pelayanan, peningkatan layanan dari UPTD ke BLUD, pelayanan yang dapat menjangkau seluruh area perkotaan dengan dukungan mikrotrans, pelayanan yang mudah, cepat dan tepat melalui layanan modern berbasis digital dan penggunaan emisi gas rumah kaca dengan beralih ke bus listrik,” jelas Djoko.
Ia melanjutkan, penambahan jumlah armada di setiap koridor juga perlu dilakukan untuk memperpendek headway di halte, sehingga penumpang tidak perlu lama menunggu.
Menurut Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat itu, perlu diberlakukan sistem pembayaran non-tunai dan pembaharuan sistem halte ke arah yang lebih canggih.
“Andai sudah berbayar, sistem pembayaran sebaiknya non-tunai. Kemudian sejumlah halte dapat dilengkapi informasi jadwal kedatangan bus atau Public Transportation Information System,” imbuh Djoko Setijowarno.
Bus Trans Koetaradja melayani dua wilayah administrasi, yakni Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.
Editor : Kurnia
Tag : #transportasi #trans koetaradja #daerah #banda aceh #aceh besar #bus gratis #berita aceh