parboaboa

Harapan Sunyi di Kota Intan

Rendi Ilhami | Metropolitan | 21-10-2022

Lapak Pak Rais di Lokasi Binaan Kota Intan (Foto: Parboaboa/Rendi Ilhami)

PARBOABOA, Jakarta - Lokasi Binaan (Lokbin) Kota Intan merupakan salah satu upaya pemerintah DKI Jakarta untuk memperindah kawasan wisata Kota Tua dengan merelokasi pedagang kaki lima (PKL) yang ada disekitarnya.

Lokbin Kota Intan terletak di kawasan Kelurahan Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat. Lokasi tersebut berjarak sekitar 200 meter dari Jalan Kunir, kawasan wisata Kota Tua.

Dari pantauan Parboaboa, sebanyak 400-an lapak tersedia, tetapi hanya puluhan saja yang terisi. Salah satu pedagang yang mengisi lapak ialah Rais (54), ia berjualan sudah selama 7 tahun bersama istrinya Yuli, di Lokbin Kota Intan.

“Satu tahun. Ya sebetulnya bukan satu tahun ya, tadinya saya di tengah sono, tujuh tahun, ” ucapnya pada Parboaboa, Kamis (20/10/2022).

Rais pun mengungkapkan alasan mengapa Lokbin Kota Intan sepi pengunjung seperti kenyaman para pedagang maupun pengunjung dan domisili penyewa lapak.

“Yang nomor satu kenyamanannya tempat dagang ini, kenyamanan dagang kenyamanan buat tamu mau belanja. Yang kedua ya itu tadi jalannya itu kan istilahnya disini yang bisa nempatin yang punya identitas DKI (Daerah Kota Istimewa). Di luar ya dari daerah mana aja,” ucapnya.

Rais mengakui pada awal 2016 ia pernah hanya mendapatkan Rp50 ribu dalam sehari sedangkan biaya hidup dan keluarganya sehari-hari bisa mencapai Rp150 ribu.

“Ya gimana ya kalau sehari-hari buat biaya mah gak kurang dari pego (Rp150.000). Ya bisa dapet Rp50 rebu,” tuturnya.

Namun saat ini, kata Rais, pada akhir pekan ia bisa mendapatkan lebih dari Rp300 ribu hingga Rp800 ribu ketika hari-hari biasa.

“Lebih rame Sabtu dan Minggu. Bisa sampai delapan ratus. Tiga ratus,” ucapnya.

Dari puluhan lapak yang terisi, hanya lapak Rais yang paling terang dan didatangi banyak pembeli.

Pembeli tersebut, kata dia, merupakan pengunjung tetap lantaran lapaknya yang lebih mengutamakan kenyamanan pengunjung dengan beberapa fasilitas seperti charger, banyaknya colokan listrik untuk kebutuhan pengunjung, permainan krambol, catur, hingga pengeras suara untuk memutar musik atau pengunjung yang ingin berkaraoke.

“Saya kalo dagang itu yang terutama gimana tamu itu nyaman. Di tempat yang nyaman ya tamu bakal jadi pelanggan,” ucapnya sambil menunjuk fasilitas yang ada di lapak jualannya.

Selain melengkapi fasilitas untuk pengunjung, Rais juga membenahi atap tenda yang bocor dengan uang pribadinya dengan menghabiskan biaya hampir Rp2 jutaan tanpa bantuan dari pihak manapun.

Rais berharap, Lokbin Kota Intan bisa ramai didatangi banyak pengunjung dan beberapa kekurangan seperti penambahan kanopi bisa dibenahi oleh pemerintah.

“Penambahan kanopi, depannya itu dikasih mika,” ujarnya.

Selain sepi pengunjung karena memiliki jarak yang lumayan jauh dari keramaian yang ada di kota tua, tempat ini juga dikeluhkan ketika hujan turun.

Cipratan air membasahi tempat pengunjung dan pedagang yang berteduh sehingga menimbulkan ketidaknyamanan, baik bagi pengunjung maupun pedagang itu sendiri.

Terkait hal ini, Parboaboa sudah mencoba menemui Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) UKM Kecamatan Taman Sari Tunggul Manalu di kantornya yang persis berada di belakang lapak Lokbin Kota Intan untuk dimintai keterangan, namun ia sedang tidak berada di tempat.

Peluang Demi Peluang Diciptakan

Sepi pengunjung jadi alasan para pedagang tak mau menempati Lokbin Kota Intan (Parboaboa/Andre S)

Dari amatan Parboaboa di Lokbin Kota Intan sekitar pukul 17.00 WIB, sejumlah bus pariwisata terparkir di depan pintu masuk Lokbin Kota Intan. Sehingga, wisatawan yang ingin memasuki kawasan Kota Tua, harus melalui deretan kios pedagang tersebut.

Bahkan, terminal JakLingko juga sudah dipindahkan ke lahan kosong yang ada di bagian belakang yang awalnya itu direncanakan sebagai tempat parkir motor pengunjung Lokbin Kota Intan.

Rais dan Yuli selaku pedagang setempat mengaku sedikit tertolong akan hal itu.

Di sisi lain, sejumlah PKL masih saja membandel dan berjualan di pinggir jalan kawasan Kota Tua, tepatnya di Jalan Kunir, Jakarta Barat (Jakbar).

Kehadiran mereka dinilai memotong peluang para pedagang yang ada di Lokbin Kota Intan. Pasalnya, wisatawan yang pulang menuju bus, sudah terlebih dahulu tergiur dengan suguhan PKL yang ada di sekitaran kawasan wisata Kota Tua.

Kepala Satpol PP Taman Sari Edison Butarbutar mengatakan, pihaknya secara rutin melakukan penertiban PKL di Kota Tua. Namun, para pedagang masih saja membandel dan kembali ke trotoar setelah para petugas meninggalkan lokasi. Sehingga, kucing-kucingan antara pedagang dan petugas sudah menjadi pemandangan sehari-hari di lokasi itu.

“Kalau kita pergi, balik lagi mereka,” ucap Edison saat ditemui Parboaboa di Kota Tua beberapa waktu lalu.

Edison menekankan, pihaknya sejauh ini masih melakukan himbauan secara persuasif untuk mensterilkan kawasan ini dengan alasan kemanusiaan.

Sementara itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan tim kepada sejumlah PKL di kawasan Kota Tua, kebanyakan dari mereka tidak ingin berdagang di Lokbin Kota Intan karena menilai tempat tersebut sepi pengunjung dan jauh dari keramaian.

Editor : -

Tag : #kota tua    #pedagang kaki lima    #metropolitan    #pemerintah    #jakarta barat    #taman sari    #satpol pp jakbar    #UMKM jakbar   

BACA JUGA

BERITA TERBARU