17 Orang Tewas dalam Ledakan Gudang Mesiu di Rusia

PARBOABOA, Moskow – Sebanyak 17 orang dilaporkan tewas dalam ledakan dan kebakaran di sebuah pabrik amunisi di Rusia pada Jumat (22/10). Ledakan mematikan itu terjadi di bagian penyimpanan mesiu pabrik PGUP Elastic di provinsi Ryazan bagian barat Rusia. Ke-17 korban tewas berada di fasilitas itu pada saat terjadi ledakan.

Pabrik itu letaknya sekira 2 km dari wilayah pemukiman terdekat, dan penduduk di sekitarnya dianggap tidak dalam bahaya terkait ledakan tersebut.

Laporan kantor berita resmi Rusia mengatakan api menjulang tinggi disertai asap tebal di lokasi ledakan. Evakuasi korban dilakukan dengan mengeluarkan ke-17 mayat korban dari bawah puing-puing reruntuhan pabrik.

Melansir VOA, Kementerian pertahanan sipil setempat mengerahkan 170 pekerja darurat dan 50 kendaraan bantuan dalam upaya memadamkan kebakaran tersebut.

Pejabat Otoritas Pertahanan Sipil, Keadaan Darurat dan Penghilangan Dampak Bencana Alam Rusia (MCHS), Alexander Chupriyan yang langsung merapat ke lokasi, mengatakan ancaman bahaya lebih besar telah berhasil dicegah. Menurut Chupriyan, ledakan itu disebabkan oleh kegagalan penerapan teknologi yang tidak spesifik saat dilakukan proses produksi.

Sementara iru, Lubimov dari pihak Komite Investigasi Federasi Rusia mengatakan penyelidikan kriminal telah diluncurkan dan sedang berlangsung untuk menginvestigasi secara mendalam ledakan itu. Komite Investigasi bersikeras agar dilakukan lebih banyak hal untuk memastikan keselamatan mereka yang bekerja di industri berbahaya seperti pabrik amunisi itu.

Lubimov mengatakan dia akan merekomendasikan agar pihak berwenang melakukan inspeksi secara mendadak di fasilitas tersebut. Selain itu Komite Investigasi Rusia juga mengatakan para pejabat akan memeriksa kepatuhan pabrik dalam penerapan standar keselamatan dan fasilitas produksi berbahaya.

"Ini adalah kasus yang mengerikan. Segala kemungkinan harus dilakukan agar hal seperti ini tidak terjadi lagi baik di industri berbahaya maupun di industri yang tingkat bahayanya lebih rendah, tetapi dapat menimbulkan ancaman bagi kehidupan dan kesehatan manusia," ujarnya.